Climate Justice | December 9, 2024
Ilustrasi Karya Melan, Gunung Lewotobi, dan Perubahan Iklim
Alfa Gumilang
Hari-hari Meilany Wungubelen pada November dan Desember 2024 nampak padat. Ia berkeliling dari satu posko ke posko lain, menjadi relawan, membantu para penyintas letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki. Ia dan teman-temannya dari Koalisi Kelompok Orang Muda untuk Perubahan Iklim (KOPI), menjadi teman cerita bagi anak-anak dan lansia.
Gunung Lewotobi Laki-Laki tiba-tiba meletus pada Senin, 4 November 2024. Tak hanya sekali. Jumlah korban jiwa mencapai sepuluh orang dan sekitar 10.777 warga harus mengungsi.
Dampak letusan gunung tak hanya dalam bentuk fisik, secara mental, para korban juga pasti terdampak. Di sinilah peran sebagai teman cerita sangat penting untuk membantu pemulihan psikis dan penguatan mental. Peran utamanya adalah mendengarkan cerita para korban, tak memberikan solusi, tapi memberikan beberapa klu agar para penyintas bisa menemukan jalannya.
Kebetulan pada bulan September 2024, ia menjadi salah satu peserta pelatihan peer coaching, mewakili Koalisi KOPI wilayah Flores Timur. Sedikit banyak, apa yang ia dapat di pelatihan itu bisa membantu dirinya sebagai teman cerita bagi para penyintas Gunung Lewotobi.
Ditemani dengan kudapan lokal seperti kue atau bubur sorgum, satu per satu posko ia datangi bergantian. “Sejauh ini tugas kami cukup lancar. Para penyintas juga menyambut baik karena para orang tua itu tak punya aktivitas, dan mereka merasa senang karena memiliki teman untuk berbagi,” ujar perempuan yang pandai menggambar itu.
Kemampuan menggambar telah dimiliki Melan, panggilan akrab Meilany, sejak kecil yang terus dipupuk hingga kini. Salah satu karya ilustrasinya digunakan sebagai cover untuk buku cerita anak berjudul “A Journey of the Whales: Perjalanan Paus – Pana Lara Paus Nae”.
Kini ia juga sedang menyelesaikan buku ilustrasinya yang dibuat bersama Koalisi KOPI. Buku tersebut berisikan tentang pengalaman para local champions mengikuti berbagai program dari koalisi KOPI. Ada cerita tentang Jambore Gotong Royong untuk Flobamoratas, Flobamoratas Climate Leaders Camp, Pesta Raya Flobamoratas, dll. Tak hanya itu, buku tersebut juga akan diisi dengan karya Photo Story dari hasil Lingkar Belajar Koalisi KOPI.
Pertemuan pertama Meilany dengan Koalisi KOPI terjadi pada April 2023. Ia melihat unggahan Koalisi KOPI di Instagram yang mengundang orang-orang muda di NTT untuk baku jumpa dalam acara Jambore Gotong Royong untuk Flobamoratas (GRUF) yang diadakan di Larantuka, 12-15 April 2023.
Di Koalisi KOPI ia banyak belajar, terutama untuk isu perubahan iklim. Di tambah dengan jejaring antar komunitas, Melan yang dahulu seorang introvert kini menjadi perempuan yang aktif bersuara tentang pentingnya melakukan aksi-aksi iklim yang menerpa NTT. Pertemuan dengan banyak orang dan berbagai pengetahuan yang didapatkannya, menghasilkan ide-ide dalam karya ilustrasinya.
“Aktivitas saya bersama Koalisi KOPI membuat saya memiliki banyak pengetahuan dan bisa menjadi ide untuk karya-karya yang saya buat,” katanya.
Menurutnya, karya-karya ilustrasinya bisa menjadi medium yang baik untuk menyebarkan kesadaran tentang perubahan iklim, tentang berbagai aksi dan solusi iklim yang bisa digali oleh masyarakat luas. Kepada anak-anak, ilustrasi dinilainya menjadi medium efektif untuk memberikan pendidikan sejak dini tentang pentingnya menjaga bumi dan isinya, serta bersikap adil terhadap bumi.
“Misalnya mengedukasi anak-anak dengan gambar paus yang memakan sampah karena banyaknya sampah plastik di laut. Melalui gambar, kita juga bisa mendongeng. Dengan begitu, anak-anak lebih mudah memahami pengetahuan,” sambungnya.
Kepiawaiannya menggambar membuat banyak pihak datang mengajaknya berkolaborasi. Terbaru, ia diajak berkolaborasi oleh sebuah lembaga dari Afrika untuk membuat buku bagi anak-anak yang berisi tentang isu perubahan iklim. “Menggambar tak hanya bisa mengedukasi, tapi juga bisa menghasilkan cuan,” ujarnya sembari tertawa.
Ilustrasi tak hanya menjadi medium pengetahuan bagi masyarakat, tapi juga penting bagi dirinya sendiri. Pada saat mentalnya menurun, menggambar menjadi tempat healing baginya. Tempatnya untuk mencurahkan isi hati. Dan salah seorang yang berperan memperkenalkannya pada seni di digital adalah seseorang yang pernah mengisi hatinya, yang katanya kini Melan lebih sukses darinya.
Kiranya, cerita tentang Melan ini cukup sesuai dengan perkataan seorang street art populer dari Amerika bernama Keith Haring.
“Seni harus menjadi sesuatu yang membebaskan jiwamu, memancing imajinasi dan mendorong orang untuk melangkah lebih jauh.”